Wednesday, June 23, 2010

Pentingnya Media dalam Komunikasi Kesehatan

Di era globalisasi seperti sekarang ini, tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia tak bisa lepas dari yang namanya media. Media merupakan alat penting untuk menjangkau masyarakat baik yang ada di daerah, perkotaan bahkan sampai luar negeri. Media sangat berperan penting untuk menjangkau masyarakat luas. Khususnya dalam pembahasan kali ini, adanya penggunaan media massa dalam promosi kesehatan menjadi bagian penting dalam komunikasi kesehatan. Selama 50 tahun terakhir ini studi komunikasi menjadi suatu kekuatan dahsyat bagi pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku bahkan memainkan peran dalam menentukan perubahan sosial terutama di Amerika Latin, Afrika dan Asia.

Media massa dapat menjadi suatu alat yang amat hebat untuk mempromosikan kesehatan dan perubahan sosial di seluruh dunia, namun dalam dirinya terdapat suatu paradoks atau ”kepribadian terbelah”. Di satu sisi, media mendukung pendidikan kesehatan masyarakat. Di sisi lain, Media massa memiliki kekuatan menghipnotis masyarakat lewat iklan yang ditampilkan/disuguhkan. Iklan menjadi suatu instrumen utama dalam promosi yang memiliki pengaruh hebat terhadap gaya hidup masyarakat. Tanpa disadari iklan telah menjadi suatu tangan tak kasat mata yang dengan halus mempengaruhi aneka kebijakan keredaksian tentang bagaimana isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan kesehatan diliput. Iklan juga menyajikan setumpuk informasi, yang sering memiliki implikasi sosial dan kesehatan , yang kerapkali merugikan upaya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.

Sebagai sebuah sarana promosi, media massa harus punya komitmen pada perubahan sosial khususnya dalam bidang promosi kesehatan. Namun celakanya, media justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan. Situasi yang saling bertentangan ini menjadi dilema dalam penggunaan media massa bagi promosi kesehatan dan perubahan sosial yang bermakna. Media malah menjadi suatu alat yang dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha. Tak pelak lagi, promosi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan sosial menjadi amat politis dan kontroversial.

Dalam realisasinya, Media Massa memang menjadi suatu alat yang sangat dibutuhkan baik para Penguasa maupun Pengusaha untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, namun di sisi lain tak bisa dipungkiri bahwa memang dalam prakteknya media massa punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan masyarakat. Sangat disayangkan jika media yang begitu berharga dan sangat dibutuhkan hanya dijadikan mesin informasi dan hiburan belaka. Terbukti bahwa media massa amat berperan dalam kegiatan dan gerakan aktivis serta isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial seperti KB, AIDS, anti-rokok, narikotika dengan kontribusinya yang tinggi menjangkau masyarakat luas agar peduli pada kesehatan mereka maupun sekelilingnya. Menjadi lebih jelas bahwa makin dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih kreatif dan agresif untuk advokasi media dan pemasaran sosial.

Pemasaran sosial telah berevolusi menjadi suatu pendekatan populer yang memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran untuk ”menjual” perilaku sehat dan kehidupan sosial yang positif untuk memengaruhi dan mengubah perilaku penduduk secara spesifik. Namun ia memiliki sejumlah keterbatasan yang menghambat daya gunanya. Pemasaran sosial juga kerap dikritik karena mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial yang kompleks.
Komunikasi Kesehatan yang dimaksud disini ialah gabungan aneka disiplin yang terdiri pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll.

Pada prakteknya tentunya Pemasaran Sosial pun tak bisa lepas dari kekurangan yang ada. Sebagaimana manusia yang tak sempurna begitu juga dengan penerapan Pemasaran Sosial. Terdapat kekuatan maupun kelemahan dalam prakteknya. Kekuatan dan kelemahannya sebagaimana yang telah dipaparkan di paragraf sebelumnya, identifikasinya adalah sebagai berikut :
-Kekuatan : Pendekatan populer memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran untuk “menjual” perilaku sehat yang positif.
-Kelemahan : Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisi-kondisi yang dapat mempertahankan/meningkatkan penyakit

Michael Perthchuck, seorang arsitek pendekatan Advokasi Media, memaparkan Advokasi Media adalah penggunaan strategik media massa untuk meningkatkan inisiatif sosial dan masyarakat. Advokasi Media berperan dalam mempromosikan serangkaian strategi untuk menstimulasi peliputan media secara luas, Advokasi Media merangsang pola pikir publik lewat isu atau liputan yang disiarkan agar terjadi suatu debat publik yang tujuannya agar publik memberikan dukungan terhadap kebijakan yang diambil mengenai isu/masalah kesehatan maupun kesejahteraan sosial yang ada. Jadi, pada intinya esensi Advokasi Media lebih dari sekadar meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Kekuatannya justru pada melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Sebagai contoh, pendekatan advokasi media dapat mengembangkan suatu strategi kampanye anti rokok di kalangan remaja agar para remaja lebih peduli lagi terhadap kesehatannya sendiri sejak dini dan juga terhadap lingkungan sekitarnya (para perokok pasif yang terkena imbas akibat ‘ulah’ perokok aktif), ataupun dengan mengembangkan suatu strategi untuk mendorong peliputan media tentang aspek etis dan legal promosi rokok di kalangan remaja yang dilakukan perusahaan-perusahaan rokok .

Selain advokasi media, ada beberapa jenis advokasi lain yang dikenal di dunia organisasi non-pemerintah, yaitu advokasi litigasi, advokasi legislasi, dan advokasi masyarakat, serta advokasi pemerintah. Advokasi litigasi adalah pemanfaatan peradilan, misalnya somasi dan class-action. Contohnya adalah somasi yang dilakukan sekelompok ornop di Solo dan Yogyakarta terhadap PT BAT Indonesia karena cara promosi rokok Pall Mall yang mereka nilai mengeksploitasi seks. Advokasi legislasi adalah lobi ke pemerintah dan parlemen agar ada aturan main bagi suatu persoalan dengan perangkat peraturan mulai dari Peraturan Daerah hingga Undang-undang. Sedang advokasi masyarakat adalah berbagai upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mereka dapat terlibat dalam proses perubahan sosial. Ketiga jenis advokasi yang terakhir ini tentu mempunyai ”nilai berita” bagi kalangan wartawan, sehingga media massa dapat memantau, mendukung atau mengontrolnya. Keempatnya kemudian dapat saling bersinergi menjadi suatu kekuatan kampanye publik yang memiliki kekuatan besar bagi perubahan sosial. Dengan mengadvokasi media, reporter hingga pemimpin redaksi dijadikan mitra. Jenis-jenis advokasi lain juga punya “nilai berita” bagi kalangan wartawan. Semuanya bersinergi jadi KAMPANYE PUBLIK.


Melani Lawongan -FikomUntar-
NIM: 915070067

Sunday, June 20, 2010

Media Massa untuk Masyarakat atau Sebaliknya??

Media massa merupakan alat penyebaran informasi yang berguna bagi khalayak dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya harus berdasarkan fakta dan data yang tepat. Media massa sudah seharusnya menyampaikan kebenaran dan tidak memihak suatu golongan, kelompok, atau individu atas suatu isu baik di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Media massa harus dapat bersifat netral, dan dapat menjadi sumber masyarakat yang tepat dalam mengetahui informasi, pengetahuan, dan isu yang sedang beredar. Media tidak bisa secara sepihak mengarahkan masyarakat untuk mengikuti secara “gamblang” apa yang disampaikan melalui media dan menganggap bahwa apa yang dikatakan media sepenuhnya adalah benar.

Ironisnya, media tidak sepenuhnya melakukan kewajibannya dengan baik. Seperti halnya media televisi, tidak jarang media tersebut menyuguhkan acara-acara yang sebagian besar hanya berisi hiburan dan konten-konten yang tidak mengedukasi masyarakat, sehingga masyarakat tidak mendapatkan apa yang sepantasnya mereka serap melalui media. Pada awal disiarkannya acara hiburan melalui televisi, banyak orang yang mulai menikmati dan sangat menyukainya. Hampir setiap hari masyarakat mulai menonton televisi dengan berbagai alasan dan kebutuhan, dan biasanya alasan terbesar adalah untuk mendapatkan hiburan dibandingkan acara yang bersifat serius. Hal ini membuat televisi mulai banyak menyuguhkan hiburan demi membuat masyarakat terus menonton dan menyaksikan televisi setiap saat, yang dapat diartikan televisi berusaha mempertahankan dirinya dari kejatuhan dan kejayaannya dengan mengandalkan hiburan yang dapat menaikkan rating dan membuat banyak perusahaan mengiklankan produknya di televisi. Iklan yang masuk akan tergantung dari besarnya rating acara, semakin tinggi rating akan semakin banyak iklan yang masuk yang merupakan pemasukan bagi televisi itu sendiri. Tetapi hiburan yang ditayangkan pun ada yang tidak memiliki unsur edukasi sedikit pun, dan tetap ditayangkan demi rating karena banyak disukai masyarakat.

Selain itu, media yang berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat, justru terlihat menjadi ruang privat bagi sekelompok orang atau golongan yang biasanya memiliki kuasa atau elit baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya konten media yang semakin banyak dan menjurus ke pemberitaan mengenai kelompok elit tersebut. Pemberitaan yang ada akan melulu seputar masalah dan kepentingan media itu sendiri bukan berdasarkan pada apa yang dibutuhkan masyarakat. Jika ditelusuri lebih dalam, penyebab media melakukan ini adalah karena adanya pengaruh-pengaruh kelompok elit tertentu pada masing-masing media.

Jika dilihat dari dua penjelasan sebelumnya mengenai media, maka dapat dikatakan media sekarang yang mengatur masyarakat berusaha untuk mengikuti dan menyukai apa yang media berikan, bukan media yang berusaha untuk membuat masyarakat mengatakan apa yang penting dan dibutuhkan masyarakat saat ini. Media merasa bahwa mereka telah memberikan apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat, tapi sebenarnya media sedang memberikan apa yang menurut mereka masyarakat membutuhkannya.
Apakah ini yang benar-benar diinginkan media? Bagaimana jadinya jika media terus melakukan hal ini dan tidak menyadari apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat? Kemajuan masyarakat di negara ini tentunya harus dapat dilakukan dengan baik, dan salah satu cara terbaik untuk membuat kemajuan tersebut dengan melalui media. Media harus mulai melakukan perubahan pada informasi dan konten untuk dapat membawa masyarakat menjadi lebih terbuka, kritis dan berusaha untuk bersama-sama memajukan negara ini.

Feliciana _Fikom Untar_
915070079

Tuesday, June 15, 2010

Global Warming??

Apa itu Global Warming ??
Global Warming adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Peningkatan suhu ini terjadi karena efek rumah kaca, polusi udara (pembuangan gas CO2 ke udara yang menyebabkan semakin tipisnya lapisan ozon), serta penggunaan barang-barang yang tidak ramah lingkungan.

Pemanasan suhu secara global ini, menyebabkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan, seperti perubahan cuaca yang tidak menentu, perubahan iklim, naiknya permukaan air laut, dan perubahan ekologis. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak dari Global Warming. Untuk mengatasi hal ini, sebagai masyarakat Indonesia yang sadar akan dampak dari Global Warming perlu mengadakan penghijauan agar bumi ini tidak semakin panas.

Bagaimana cara melakukan penghijauan???
▪ Tanamlah pohon sebanyak mungkin
▪ Efisienkan penggunaan bahan bakar yang
▪ Belilah produk-produk yang ramah lingkungan
▪ Hemat penggunaan kertas dan listrik
▪ Daur ulang produk yang sudah tak terpakai

Sebagai generasi muda saat ini, kita harus menanamkan sikap peduli pada lingkungan tempat kita tinggal, bumi kita tercinta. Kita bisa melakukan banyak sekali cara agar bumi kita tidak semakin panas, salah satunya adalah dengan menyuarakan dan mempromosikan Go Green. Namun, tidak hanya bersuara dan promosi saja, kita sendiri juga harus ikut andil dalam program Go Green dan menanamkan hidup Go Green dalam diri kita, agar apa yang kita lakukan dapat menjadi panutan bagi semua orang.

Selain generasi muda, media juga harus ikut berperan dalam menjelaskan kepada sebagian masyarakat yang belum mengerti soal Global Warming dan dampak yang akan terjadi akibat itu. Tujuannya agar masyarakat itu mengerti dan mulai melakukan Go Green dari sekarang. Kerjasama dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi pemanasan global. Semakin cepat dan semakin banyak orang yang melakukan Go Green, maka bumi akan semakin lama bertahan untuk kita semua.

Yuliani Fikom Untar
915070058

Monday, June 14, 2010

The Difference Between Maskulin And Feminin

Semua dari kita tentunya pernah mendengar sebutan maskulin dan feminin, namun apakah kita benar-benar paham apa yang dimaksud dengan maskulin dan feminin?? Maskulin dan feminin sebenarnya merupakan klasifikasi dari gender. Gender berbeda dengan jenis kelamin, yang terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Gender bersifat lebih komplek dari jenis kelamin. Gender sifatnya universal tidak kaku, gender terbentuk oleh lingkup sosial sedangkan jenis kelamin berdasarkan biologis sepenuhnya.

Ternyata perbedaan gaya komunikasi gender antara maskulin dan feminine sangatlah berbeda. Namun perbedaan tersebut bersifat unik. Kita pun dapat mempelajari perbedaan dari masing-masing gender, sehingga semakin kita banyak mengetahui tentang perbedaan tersebut maka kita akan semakin mampu beradaptasi dengan percakapan lintas gender dan dapat menentukan secara tepat gaya komunikasi apa yang cocok.

Dalam berkomunikasi, feminine dan maskulin memiliki gayanya sendiri-sendiri. Sebagai contoh, orang feminin cenderung mengungkapkan diri lebih sering ketimbang orang-orang maskulin, dan lebih bersifat pribadi. Orang feminin cenderung berkomunikasi dengan rasa kasih sayang, dengan keakraban dan kepercayaan yang lebih besar daripada orang-orang yang maskulin.

Secara umum, orang feminine lebih banyak berkomunikasi dan memprioritaskan komunikasi lebih dari maskulin. Berbeda dengan orang maskulin mereka membentuk persahabatan dengan orang-orang maskulin lain hanya berdasarkan kepentingan bersama, sementara orang feminine membangun persahabatan dengan orang-orang feminin lain berdasarkan rasa saling mendukung.

Orang maskulin mengharapkan kompetisi dalam persahabatan mereka. Mereka menghindari komunikasi yang menunjukkan kelemahan dan kerentanan diri mereka, sedangkan orang feminine tidak keberatan berkomunikasi tentang kelemahan dan kerentanan mereka. Bahkan orang feminin sering merasa lebih dekat dengan teman-teman mereka jika mereka menceritakan kelemahan mereka. Orang maskulin cenderung untuk melompat dari topik ke topik lain saat berbicara, tapi orang feminin cenderung untuk berbicara panjang lebar tentang satu topik.

Akhirnya dari perbedaan komunikasi gender tersebut seorang ahli bernama Julia T. Wood menghasilkan teori komunikasi lintas gender. Dimana pada teori-teori tersebut banyak membahas tentang gaya komunikasi anter gender. Menurutnya kesalahpahaman yang sering muncul antara maskulin dan feminin terjadi karena adanya perbedaan gaya interaksi terhadap reaksi menerima suatu pesan antara maskulin dan feminine.

Julia T. Wood memberikan saran agar perbedaan gender tidak menghalangi proses komunikasi yang efektif antara maskulin dan feminin. Maka itu Ia menganjurkan agar setiap individu dapat menahan diri terhadap kecenderungan menghakimi dan mencoba mengeksplorasi serta memahami satu sama lain. Agar komunikasi antar gender tetap berjalan dengan harmonis dan efektif.

Verawati -Fikom Untar-
NIM: 915070059

Sunday, June 13, 2010

Media dan Public Relations, oleh Rachmi Hidayati, 09/06/2010

Tugas dari pers adalah menyiarkan berita yang dibutuhkan oleh pembacanya, menjelaskan duduk persoalan dalam suatu permasalahan, serta memberikan pemahaman bagi pembaca agar pembaca mampu mengambil manfaat dari informasi yang telah disampaikan.

Tugas dari publik relation atau PR adalah memajukan perusahaan, menginformasikan berbagai hal yang dilakukan perusahaan serta menjelaskan duduk perkara dari persoalan yang muncul untuk kepentingan perusahaan.

Cara PR dalam mengkomunikasikan kepentingan perusahaan yaitu melalui media, gathering, dan membuat leaflet yang dibagikan langsung kepada masyarakat.

Dalam mengatasi suatu isu negatif yang berkembang di masyarakat, media dan public relation harus bekerja sama. Kerjasama dan saling pengertian sangat dibutuhkan bagi PR maupun media untuk menanggulangi efek negatif dari suatu pemberitaan. Walaupun media dan PR memiliki kepentingan yang berbeda namun perbedaan tersebut dapat dipertemukan melalui dialog antara keduanya. Tugas PR bukan saja menyediakan kepentingan perusahaan tetapi juga kepentingan para wartawan untuk dapat menyampaikan duduk persoalan yang benar.

Tantangan baru bagi wartawan pada saat ini adalah wartawan harus menghadapi lingkungan dimana waktu membaca masyarakat umunya sangat pendek. Saat ini, wartawan tidak cukup lagi jika hanya membuat reportase, melainkan harus membuat interpretative reporting. Interpretative reporting membuat wartawan lebih memahami persoalan dan cerdas dalam merumuskan masalah yang terjadi sehingga wartawan dapat menggali kebenaran dari suatu peristiwa untuk diberitakan secara mendalam kepada masyarakat.

Saturday, June 12, 2010

Komunikasi Kesehatan dan Advokasi Media, oleh Irwan Julianto, 02/06/2010

Penggunaan media massa dalam promosi kesehatan merupakan bagian penting dalam komunikasi kesehatan. Menurut Prof Everett M. Rogers dalam buku Health Communication yang ditulis Piotrow et.al. (1997), selama 50 tahun terakhir kita telah menyaksikan studi komunikasi diterapkan menjadi suatu kekuatan dahsyat bagi pendidikan kesehatan, perubahan perilaku dan perubahan sosial. Dengan pertumbuhan media massa dan metode-metode ilmiah untuk mengukur dampaknya, komunikasi kini memainkan peranan menentukan dalam perubahan sosial, terutama di Amerika Latin, Afrika dan Asia.

Media massa dapat menjadi suatu alat yang amat hebat untuk mempromosikan kesehatan dan perubahan sosial di seluruh dunia, namun dalam dirinya terdapat suatu paradoks atau ”kepribadian terbelah”. Lawrence Wallack, dalam bukunya Mass Communication and Public Health – Complexities and Conflicts yang ditulis dan disuntingnya bersama Charles Atkins (1990) mencatat bahwa di satu pihak kampanye pendidikan kesehatan secara umum menyajikan pesan yang penuh pengertian dan menyejukkan dalam gaya hidup, namun di pihak lain iklan, sebagai suatu instrumen utama dalam promosi, terbukti memiliki pengaruh yang hebat terhadap masyarakat kita. Iklan menjadi landasan ekonomi bagi kegiatan media massa. Tanpa disadari iklan telah menjadi suatu tangan tak kasat mata yang dengan halus mempengaruhi aneka kebijakan keredaksian tentang bagaimana isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan kesehatan diliput. Iklan juga menyajikan setumpuk informasi, yang sering memiliki implikasi sosial dan kesehatan , yang kerapkali merugikan upaya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.

Media massa sebagai sarana promosi kesehatan yang efektif harus punya komitmen pada perubahan sosial namun celakanya, yang terjadi adalah media justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan. Situasi yang saling bertentangan ini menjadi dilema dalam penggunaan media massa bagi promosi kesehatan dan perubahan sosial yang bermakna. Tak pelak lagi, promosi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan sosial menjadi amat politis dan kontroversial. Jika suatu masyarakat serius dengan promosi kesehatan dan kesejahteraan sosial pada umumnya, maka media massa harus meredefinisikan masalah-masalah mendasar sehingga dengan demikian strategi-strategi yang cukup luas dapat dikedepankan. Kendati media massa memiliki berbagai kendala dalam masyarakat dewasa ini, tetap ada potensi bagi kemajuan dalam bidang ini. Media massa adalah sumber daya yang kelewat berharga jika hanya digunakan sebagai suatu mesin informasi dan hiburan belaka. Mereka harus digunakan menjadi alat untuk mendorong pemahaman dan perubahan.

Media dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha. Sehingga dalam hal ini penggunaan media massa untuk advokasi kesehatan jadi dilema.
Advokasi kesehatan menjadi sesuatu yang bersifat politis & kontroversial. Media massa memang punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan masyarakat. Namun ia kelewat berharga jika cuma dijadikan mesin informasi dan hiburan belaka. Terbukti media massa amat berperan dalam kegiatan dan gerakan aktivis dalam isu-isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial untuk topik AIDS, rokok, dan narkotika yang telah memberikan kontribusi untuk peninjauan ulang strategi-strategi yang paling efektif bagi penggunaan media massa. Menjadi lebih jelas bahwa makin dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih kreatif dan agresif untuk advokasi media dan pemasaran sosial.

Pemasaran Sosial ialah model pendekatan sistematis yang menggunakan riset konsumen dan sejumlah saluran komunikasi untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku penduduk secara spesifik.
Komunikasi Kesehatan = Gabungan aneka disiplin: pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll.

Ada 5 (lima) langkah Pemasaran Sosial untuk Kesehatan :
1. Penilaian (assess)
2. Perencanaan (plan)
3. Pre-test materi edukasi (pre-test)
4. Penerapan intervensi (deliver)
5. Pemantauan (monitor)

Model P-Process Johns Hopkins juga punya 5 langkah:
–Analisis
–Desain strategis
–Pengembangan-pretesting-revisi-produksi
–Manajemen-implementasi-pemantauan
–Evaluasi dampak
Langkah tambahan: perencanaan kelangsungan program

KEKUATAN DAN KELEMAHAN PEMASARAN SOSIAL
Kekuatan : Pendekatan populer memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran untuk “menjual” perilaku sehat yang positif
Kelemahan : Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisi-kondisi yang dapat mempertahankan/meningkatkan penyakit


ADVOKASI MEDIA
Menurut Michael Pertschuck, salah seorang arsitek pendekatan ini, Advokasi Media adalah penggunaan strategik media massa untuk meningkatkan inisiatif sosial atau masyarakat (Smoking Control, 1988). Advokasi media berperan dalam mempromosikan serangkaian strategi untuk menstimulasi peliputan media secara luas dalam rangka membentuk ulang debat publik untuk meningkatkan dukungan masyarakat bagi pendekatan-pendekatan kebijakan yang lebih efektif untuk masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial. Ia tidak secara langsung berupaya mengubah perilaku berisiko individual, namun memfokuskan perhatian pada perubahan cara pemahaman masalah sebagai suatu isu kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, pendekatan advokasi media dapat mengembangkan suatu strategi untuk :
- mendorong peliputan media tentang aspek etis dan legal promosi rokok di kalangan remaja yang dilakukan perusahaan-perusahaan rokok (Kasus Pall Mall).

KEKUATAN ADVOKASI MEDIA
-Advokasi media: konsep yang relatif baru
-Banyak dikaitkan dengan gerakan pengendalian rokok di AS, Inggris, Kanada
-Esensi advokasi media lebih dari sekadar meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Kekuatannya justru pada melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik.

JENIS-JENIS ADVOKASI LAIN
-Selain advokasi media, ada advokasi litigasi, advokasi legislasi, dan advokasi masyarakat, serta advokasi pemerintah
-Dengan mengadvokasi media, reporter hingga pemimpin redaksi dijadikan mitra
-Jenis-jenis advokasi lain juga punya “nilai berita” bagi kalangan wartawan
-Semuanya bersinergi jadi: KAMPANYE PUBLIK


SENJATA AMPUH: RASA MALU
-Masyarakat mau mendengar apa-apa yang menarik bagi mereka.
-Pejabat tertarik mendengar apa-apa yang mempermalukan mereka
-Radio dapat amat efektif digunakan untuk advokasi kesehatan masyarakat:
       –Under-used media
       –Narrowcasting and self-targeting media


EVOLUSI JURNALISME
-Tidak selalu “Bad news is good news”
-Buktinya muncul Jurnalisme Damai (pada saat ethnic-cleansing di Rwanda), Compassionate Journalism (Jurnalisme Empati) untuk AIDS
-Bukan hanya Jurnalisme Fakta, tapi sudah berevolusi menjadi Jurnalisme Makna, yang “memproduksi” makna

Friday, June 4, 2010

Teknologi Komunikasi dan Perubahan Sosial, oleh Drs.Eko Harry Susanto, 26/05/2010

Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial dan proses tersebut mengubah cara–cara umat manusia hidup sehari–hari. Perubahan sosial terjadi salah satunya diakibatkan oleh teknologi komunikasi seperti halnya televisi dan komputer (internet) membuat manumpuknya informasi di bidang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Teknologi komunikasi memiliki peran utama dalam menerapkan kebijakan kebudayaan dan membantu mendemokrasikan kebudayaan, melalui pola penyebaran informasi yang lebih cepat diterima oleh khalayak, maka dari itu, pengawasan masyarakat menjadi penting dan tidak boleh dikesampingkan. Namun, perubahan sosial akibat teknologi komunikasi juga dapat mengakibatkan rusaknya unit-unit politik dan sosial yang sebelumnya dipercaya secara umum yang dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku masyarakat yang semula mengandalkan nilai. Hal ini dikarenakan modernisasi dan industrialisasi yang bergerak ke luar mempengaruhi setiap tatanan sosial masyarakat sebelumnya.
Teknologi komunikasi dalam perusahaan multinasional juga mampu mengubah kondisi sosial masyarakat setempat karena mereka tidak hanya memupuk modal dan memanfaatkan teknologi serta menjualnya ke pasar komunikasi, mereka juga menjual sejumlah kebutuhan sosio kultural yang merupakan sarana tempat bersatunya ide, rasa, nilai dan kepercayaan.

Demokrasi, HAM dan Teknologi Komunikasi
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dirasakan telah mengalami proses difusi karena perkembangan teknologi komunikasi yang digunakan media massa, karena maknanya hampir tidak bisa dibedakan. Demokrasi mengandung makna kekuasaan di tangan rakyat, rakyat yang berdaulat menentukan jalannya sebuah pemerintahan, dan setiap rakyat juga memiliki hak-hak mereka untuk bisa menjalankan proses demokrasi tersebut. Namun, rakyat juga harus menjadi partner yang aktif bukan hanya sebagai obyek komunikasi dengan bertambahnya keanekaragaman pesan dan perkembangan kualitas, sehingga demokrasi dan hak-hak manusia dapat terealisasikan dengan baik.
Banyak isu-isu demokrasi selalu menjadi perhatian dari negara-negara maju dalam pemberian bantuan, hutang maupun berbagai macam bentuk kerjasama lainnya, hingga akhirnya demokrasi selalu dikaitkan dengan bantuan luar negeri. Penyimpangan tersebut dipicu oleh kekuatan ideologi pembangunan ekonomi dan stabilitas politik. Demokrasi universal yang tidak diartikan sendiri untuk kepentingan pemerintah seringkali berseberangan dengan rezim berkuasa yang menafsirkan demokrasi secara integralistik yang justru menghambat kebebasan politik, ekonomi maupun sosial, termasuk didalamnya kebebasan untuk memperoleh informasi. Padahal, kebebasan adalah syarat demokrasi yang paling utama dan berharga yang didapatkan melalui perjuangan yang sulit melawan kekuatan politik, ekonomi dan penguasa. Kebebasan adalah penjaga demokrasi yang ampuh. Diharapkan teknologi komunikasi yang telah membawa isu-isu demokrasi dengan bantuan luar negeri tersebut dapat menjadi jalan yang tepat untuk membawa kembali kebebasan yang salalu diperjuangkan itu.