Di era globalisasi seperti sekarang ini, tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia tak bisa lepas dari yang namanya media. Media merupakan alat penting untuk menjangkau masyarakat baik yang ada di daerah, perkotaan bahkan sampai luar negeri. Media sangat berperan penting untuk menjangkau masyarakat luas. Khususnya dalam pembahasan kali ini, adanya penggunaan media massa dalam promosi kesehatan menjadi bagian penting dalam komunikasi kesehatan. Selama 50 tahun terakhir ini studi komunikasi menjadi suatu kekuatan dahsyat bagi pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku bahkan memainkan peran dalam menentukan perubahan sosial terutama di Amerika Latin, Afrika dan Asia.
Media massa dapat menjadi suatu alat yang amat hebat untuk mempromosikan kesehatan dan perubahan sosial di seluruh dunia, namun dalam dirinya terdapat suatu paradoks atau ”kepribadian terbelah”. Di satu sisi, media mendukung pendidikan kesehatan masyarakat. Di sisi lain, Media massa memiliki kekuatan menghipnotis masyarakat lewat iklan yang ditampilkan/disuguhkan. Iklan menjadi suatu instrumen utama dalam promosi yang memiliki pengaruh hebat terhadap gaya hidup masyarakat. Tanpa disadari iklan telah menjadi suatu tangan tak kasat mata yang dengan halus mempengaruhi aneka kebijakan keredaksian tentang bagaimana isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan kesehatan diliput. Iklan juga menyajikan setumpuk informasi, yang sering memiliki implikasi sosial dan kesehatan , yang kerapkali merugikan upaya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Sebagai sebuah sarana promosi, media massa harus punya komitmen pada perubahan sosial khususnya dalam bidang promosi kesehatan. Namun celakanya, media justru berada dalam bisnis untuk mempertahankan kemapanan. Situasi yang saling bertentangan ini menjadi dilema dalam penggunaan media massa bagi promosi kesehatan dan perubahan sosial yang bermakna. Media malah menjadi suatu alat yang dimanfaatkan dalam mutualisme konspiratif Penguasa dan Pengusaha. Tak pelak lagi, promosi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan sosial menjadi amat politis dan kontroversial.
Dalam realisasinya, Media Massa memang menjadi suatu alat yang sangat dibutuhkan baik para Penguasa maupun Pengusaha untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, namun di sisi lain tak bisa dipungkiri bahwa memang dalam prakteknya media massa punya banyak kendala untuk memberdayakan kesehatan masyarakat. Sangat disayangkan jika media yang begitu berharga dan sangat dibutuhkan hanya dijadikan mesin informasi dan hiburan belaka. Terbukti bahwa media massa amat berperan dalam kegiatan dan gerakan aktivis serta isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial seperti KB, AIDS, anti-rokok, narikotika dengan kontribusinya yang tinggi menjangkau masyarakat luas agar peduli pada kesehatan mereka maupun sekelilingnya. Menjadi lebih jelas bahwa makin dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih kreatif dan agresif untuk advokasi media dan pemasaran sosial.
Pemasaran sosial telah berevolusi menjadi suatu pendekatan populer yang memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran untuk ”menjual” perilaku sehat dan kehidupan sosial yang positif untuk memengaruhi dan mengubah perilaku penduduk secara spesifik. Namun ia memiliki sejumlah keterbatasan yang menghambat daya gunanya. Pemasaran sosial juga kerap dikritik karena mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial yang kompleks.
Komunikasi Kesehatan yang dimaksud disini ialah gabungan aneka disiplin yang terdiri pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, advertising, komunikasi, pendidikan dll.
Pada prakteknya tentunya Pemasaran Sosial pun tak bisa lepas dari kekurangan yang ada. Sebagaimana manusia yang tak sempurna begitu juga dengan penerapan Pemasaran Sosial. Terdapat kekuatan maupun kelemahan dalam prakteknya. Kekuatan dan kelemahannya sebagaimana yang telah dipaparkan di paragraf sebelumnya, identifikasinya adalah sebagai berikut :
-Kekuatan : Pendekatan populer memanfaatkan prinsip-prinsip periklanan dan pemasaran untuk “menjual” perilaku sehat yang positif.
-Kelemahan : Kerap dikritik hanya mempromosikan jalan keluar tunggal bagi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Juga mengabaikan kondisi-kondisi yang dapat mempertahankan/meningkatkan penyakit
Michael Perthchuck, seorang arsitek pendekatan Advokasi Media, memaparkan Advokasi Media adalah penggunaan strategik media massa untuk meningkatkan inisiatif sosial dan masyarakat. Advokasi Media berperan dalam mempromosikan serangkaian strategi untuk menstimulasi peliputan media secara luas, Advokasi Media merangsang pola pikir publik lewat isu atau liputan yang disiarkan agar terjadi suatu debat publik yang tujuannya agar publik memberikan dukungan terhadap kebijakan yang diambil mengenai isu/masalah kesehatan maupun kesejahteraan sosial yang ada. Jadi, pada intinya esensi Advokasi Media lebih dari sekadar meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Kekuatannya justru pada melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Sebagai contoh, pendekatan advokasi media dapat mengembangkan suatu strategi kampanye anti rokok di kalangan remaja agar para remaja lebih peduli lagi terhadap kesehatannya sendiri sejak dini dan juga terhadap lingkungan sekitarnya (para perokok pasif yang terkena imbas akibat ‘ulah’ perokok aktif), ataupun dengan mengembangkan suatu strategi untuk mendorong peliputan media tentang aspek etis dan legal promosi rokok di kalangan remaja yang dilakukan perusahaan-perusahaan rokok .
Selain advokasi media, ada beberapa jenis advokasi lain yang dikenal di dunia organisasi non-pemerintah, yaitu advokasi litigasi, advokasi legislasi, dan advokasi masyarakat, serta advokasi pemerintah. Advokasi litigasi adalah pemanfaatan peradilan, misalnya somasi dan class-action. Contohnya adalah somasi yang dilakukan sekelompok ornop di Solo dan Yogyakarta terhadap PT BAT Indonesia karena cara promosi rokok Pall Mall yang mereka nilai mengeksploitasi seks. Advokasi legislasi adalah lobi ke pemerintah dan parlemen agar ada aturan main bagi suatu persoalan dengan perangkat peraturan mulai dari Peraturan Daerah hingga Undang-undang. Sedang advokasi masyarakat adalah berbagai upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mereka dapat terlibat dalam proses perubahan sosial. Ketiga jenis advokasi yang terakhir ini tentu mempunyai ”nilai berita” bagi kalangan wartawan, sehingga media massa dapat memantau, mendukung atau mengontrolnya. Keempatnya kemudian dapat saling bersinergi menjadi suatu kekuatan kampanye publik yang memiliki kekuatan besar bagi perubahan sosial. Dengan mengadvokasi media, reporter hingga pemimpin redaksi dijadikan mitra. Jenis-jenis advokasi lain juga punya “nilai berita” bagi kalangan wartawan. Semuanya bersinergi jadi KAMPANYE PUBLIK.
Melani Lawongan -FikomUntar-
NIM: 915070067